Ini pertanyaan yang sering sekali sampai
ke saya, dan terus terang jawabannya saya sendiri tidak tahu. Bukan
hanya saya, bahkan para ahli di raksasa investasi dunia seperti Goldman
Sachs – pekan lalu membuat prediksi yang sangat keliru tentang harga
emas. Mereka membuat prediksi bahwa bila terjadi kesepakatan antara
Presiden Amerika dengan Congress untuk menghindari default – harga emas akan jatuh, tetapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya.
Di hari terakhir puncak kekawatiran akan
default-nya Amerika – tanggal 16/10/2013, harga emas berada pada US$
1,273/ozt. Ketika Obama dan congress-nya berhasil sepakat menghindari default,
tanggal 17/10/2013 harga emas malah melonjak menjadi US$ 1,319/ozt
atau mengalami kenaikan US$ 46/ozt – pada hari yang diprediksi oleh
raksasa Goldman harusnya emas jatuh.
Bisa Anda bayangkan bila orang sekelas head of commodities research-nya Goldman Sachs
– orang yang dianggap paling tahu tentang arah pergerakan emas, perak
dan sejenisnya di pasar – ternyata tidak lebih dari orang kebanyakan
seperti kita-kita dalam membuat prediksi harga emas ke depan. Maka dalam
dunia prakiraan ini memang tidak ada yang bisa dianggap pasti benarnya
ataupun pasti salahnya.
Lantas ditengah harga emas yang nampaknya bergerak random tidak beraturan ini, bagaimana kita menyikapinya ?
Pertama yang sering saya ungkapkan di
web ini, jangan berspekulasi dengan harga emas dalam jangka pendek.
Membelilah pada saat Anda memang mau beli karena ada kelebihan uang
kertas yang tidak segera digunakan, dan menjuallah pada saat memang Anda
membutuhkan cadangan emas/Dinar Anda untuk keperluan yang riil.
Kedua adalah tentu juga bijaksana untuk
mengetahui trend pasar secara objektif, bukan bermaksud berspekulasi
tetapi optimalisasi hasil. Lantas dimana bedanya dengan spekulasi ?
Spekulasi adalah bila kita membeli emas
atau Dinar tanpa didasari oleh suatu kebutuhan, semata untuk segera
memperoleh keuntungannya bila harganya naik. Sedangkan optimalisasi
hasil adalah hal yang wajar yang biasa kita lakukan sehari-hari dalam
jual beli.
Misalnya kita membeli kambing untuk
qurban, tujuannya jelas yaitu untuk qurban. Tetapi kita mencari waktu
yang baik untuk membelinya yaitu jauh hari sebelum musim qurban tiba.
Dengan uang yang sama kita bisa memperoleh kambing yang jauh lebih
besar.
Demikian pula membeli emas, Anda
merencanakan pergi haji, sekolah anak, biaya kesehatan hari tua dlsb
dengan emas – agar hasil jerih payah Anda tidak tergerus oleh inflasi.
Kapan membelinya ?, pada saat harga yang Anda rasakan comfortable
untuk Anda – maka yang inipun insyaallah tidak termasuk berspekulasi.
Karena sebagai pembeli tentu wajar kita ingin harga terbaik.
Pertanyaannya adalah kapan harga terbaik
itu tiba ?, disinilah orang kebanyakan seperti kita-kita dan bahkan
juga orang sekaliber kepala peneliti di lembaga investasi terbesar
dunia-pun tidak bisa tahu persisnya kapan. Lagi-lagi yang bisa kita
lakukan sekedar menduga berdasarkan trend perkembangan pasar yang ada,
kemudian pada titik mana kita merasa comfortable.
Untuk saat ini misalnya, para pihak yang
beranggapan harga emas masih akan turun terus mereka punya alasan : 1)
The Fed cepat atau lambat akan menghentikan program Quantitative Easing
– mereka akan menghentikan mencetak uang dari ‘awang-awang’ karena yang
dicetaknya sudah dianggap cukup; 2) Ekonomi AS yang membaik akan
mendorong orang untuk menginvestasikan dananya di sektor riil secara
langsung atau melalui saham-saham public dan tidak lagi ke emas; dan 3)
Kepercayaan terhadap ekonomi Amerika akan terus membaik yang berarti
kepercayaan dengan kekuatan Dollar akan terus meningkat. Tiga hal inilah
yang membuat para gold bearish yakin bahwa harga emas akan terus turun.
Namun sebaliknya juga demikian, para gold bullish
tentu juga memiliki alasan yang tidak kalah kuatnya, bahwa : 1) Dalam
sejarah bank central , sejak mereka meninggalkan emas mereka tidak
pernah bisa berhenti mencetak uang dari ‘awang-awang’ , one way or another
mereka akan terus mencetak uang dari ‘awang-awang’ nya sehingga nilai
mata uang kertas pasti turun terus dari waktu ke waktu; 2) Untuk Dollar
yang merupakan cerminan ekonomi Amerika, kenyataannya pertumbuhan
ekonomi Amerika juga tidak bagus-bagus amat – dan bahkan sebagian ekonom
sudah mulai memprediksi resesi berikutnya akan segera tiba; dan 3)
Amerika tidak berhasil membangun kepercayaan dunia tetapi malah
merusaknya. Krisis debt-ceiling pekan lalu telah membuat mitra
dagang dan pemberi pinjaman terbesarnya was-was dan ancang-ancang untuk
meninggalkan Dollar. Bahkan sekutu-sekutu Amerika sendiri di Eropa mulai
mencurigai Amerika dengan terbongkarnya berbagai aktifitas spionase-nya
di Eropa. Ini mirip akhir tahun 1960-an ketika Perancis mulai
meneriakkan bahwa Amerika telah mengambil keuntungan berlebihan – Exorbitant Privilege – dari kesepakatan Bretton Woods, yang kemudian berujung pada diakhirinya Bretton Woods Agreement pada bulan Agustus 1971.
Dalam kaitan dengan emas ini, apakah Anda cenderung ke bearish atau bullish tergantung dari mana di antara alasan-alasan tersebut di atas yang lebih Anda yakini.
Satu hal yang pasti adalah bahwa
meskipun harga emas kedepan tidak ada yang tahu pasti, sejarah panjang
kehidupan manusia telah membuktikannya bahwa tidak pernah terjadi dalam
peradaban manusia emas menjadi barang yang tidak berharga.
Harga emas dalam mata uang kertas bisa
saja turun, tetapi dia akan selalu mampu mempertahankan nilainya yang
sesungguhnya yaitu nilai yang tercermin dalam daya belinya. Di jaman
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam satu ekor kambing bisa dibeli
dengan sekeping uang Dinar. Pada musim Iedul Adha kemarin sekali lagi
terbukti bahwa 1 Dinar Anda tetap cukup untuk membeli seekor kambing
yang layak untuk qurban.
Bila prediksi kedepan tidak ada yang tahu, setidaknya kita bisa selalu belajar dari sejarah yang kita semua tahu. InsyaAllah.
Sumber tulisan :
Muhaimin Iqbal
www.geraidinar.com